Running Posted

Kamis, 24 Maret 2011

Idealisme Guru VS Ujian Nasional


Seorang guru mempunyai misi yang sangat besar, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi di zaman sekarang yang serba modern tentunya dituntut harus bisa bekerja profesional. Dalam mengemban missinya seorang guru haruslah mempunyai idealisme, yang bisa menghantarkan misiinya tersebut. Idealisme bagi seorang guru bagaikan ruhnya dalam pendidikan. Akan tetapi di zaman sekarang ini, idelaisme seorang guru sedikit demi sedikit semaikn luntur, ini terlihat dari banyaknya kasus yang menimpa seorang guru seperti pelecehan seksual, kekerasan sampai pada isu membocorkan soal, atau mungkin issue jual beli soal.

Persoalan yang membelit bagi kalangan pendidik, yang sering disuarakan pada masa-masa kampanye sejak dulua adalah masalah kesejahteraan, mungkin masih ingat lagu "umar bakri" dari Iwan Fals dan lagu "hymne guru" yang pernah di protes oleh sebagian kalangan guru di organisasi PGRI. Pada saat sekarang ini, di lapangan guru juga dihadapkan pada persoalan UN yang bermuara pada kelulusan siswa. Di satu sisi, ini program Pemerintah yang ingin mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa, di sisi lain guru di hadapkan pada misi sekolah dan pemda setempat untuk membuat kelulusan siswa yang sebesar-besarnya, disinilah awal dilematika diujinya idealisme seorang guru. Ada yang bertahan mempertahakan idealismenya, tidak sedikit yang luntur juga idealismenya ketika berhadapan dengan realitas di lapangan. Ingatlah kasus-kasus pasca UN dari tahun ke tahun di tiap daerah.
Sudah selayaknya, Pemerintah mengkaji ulang konsekuensi dari adanya UN ini, terutama implementasi di lapangan yang tidak sedikit terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Padahal biaya operasional penyelenggaraan UN ini sangat tidak sedikit, tahun lalu saja tercatat sampai menghabiskan dana 50 milyar untuk satu kali penyelenggaraan UN tingkat nasional.
Harapan saya, bukannya tidak setuju akan adanya UN, akan tetapi efek kelulusan inilah yang menggelayut pada pundak seorang guru. Kembalikanlah UN ini, seperti pada masa-masa dulu akan adanya EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) yang nilainya murni mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam satu jenjang tingkat pendidikan akan tetapi tidak berimplikasi langsung terhadap kelulusan siswa. Tingkat penyimpangan atau rekayasa nilai UN ini, hampir di tiap sekolah sudah demikian akutnya, sehingga perlu rehabilitasi yang cukup panjang juga, akan tetapi tidak ada kata terlambat selagi masih bisa diperbaiki.
Mudah-mudahan bisa mendapat perhatian dari Pemerintah. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar!